Selasa, 18 Februari 2020

How Was Your Day?


Sudah satu jam aku duduk di kedai es krim ini. Sesekali membuka gawai, tetap tidak ada kabar, ternyata.
Kau tahu, aku baru saja membeli rok cokelat muda ini, yang aku padu padankan dengan baju rajut berwarna senada. Cukup lama aku berdandan di depan cermin, mencampur beberapa warna gincu di bibir, memberi sedikit rona merah muda di pipi, tak lupa alisku gambar dengan sangat hati-hati agar presisi antara kanan dan kiri.
“Dor!”
Kau membuyarkan lamunanku.
“Maaf ya aku telat, di jalan macet banget soalnya. Hehe.”

Ya Tuhan, sudah hampir satu bulan aku tak melihat senyuman ini. Senyuman yang membuatku tak ingin kemana-mana, selain menuju ia. Akhirnya laki-laki berbaju hitam dengan jaket biru ini ada di hapadanku juga.

“Kamu mau pesen apa?”
“Aku mau banana split aja deh, kamu?”
“Vanilla ice cream with oreo.” Jawabku kemudian.

Pesanan tiba, dan kamu masih diam seribu bahasa.
“Gimana kerjaan kamu?”
“Lancar. Gak ada masalah kok.”
“Oh iya, Ayahnya temen kamu yang minggu lalu masuk rumah sakit gimana kabarnya? Udah sembuh?”
“Udah pulang ke rumahnya.”

Kamu mulai membuka gawai, dan tertawa kecil entah karena apa.
“Kamu sampe hari apa sih libur? Aku pengen nonton deh, terus beli buku statistik yang lagi kamu cari, atau makan di resto seafood di deket sini. Kamu mau kan?”
“Iya, nanti aku usahain ya.”
“Kamu laper gak sih? Abis ini kita nakan dimsum yuk.”
“Aku gak laper.”
“Kalau aku traktir sate, masih gak laper juga?”

Kamu hanya diam, fokus pada gawai yang sedari tadi tak lepas dari genggamanmu. Aku bukan lagi pusat perhatianmu.
Ada malam yang ku habiskan dengan menangis. Pilu, saat kau tak lagi menanyakan kegiatanku, saat kamu sulit sekali dihubungi, dan saat kamu tak mengirim foto tentang keseharianmu.
Aku mengerti sibukmu.
Aku mengerti keangkuhanmu.
Aku mengerti ketidakpedulianmu.
Memangnya apa lagi yang tidak aku megerti tentangmu?
Jarak belasan kilometer itu hanya satuan rindu yang dulu, rela kau pangkas demi aku. Sekarang, jarak kita hanya satu hasta, namun terasa begitu jauh.
Kau sedang memikirkan apa?
Adakah aku di kepalamu?
Begitu banyak pertanyaan, es krim mulai mencair, kamu semakin dingin.
“Sayang, i love you.”
Tidak ada jawaban, hanya mata kita yang beradu, dan tidak lagi ada aku di situ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar