Saya pernah dekat
dengan beberapa jenis laki-laki, ada yang mencoba mendekati dengan puisi,
bunga, bernyanyi, dan hal-hal chessy lainnya,
yang akan membuat orang lain berpikir “ah, so
sweeeeeet.”
Bahkan, 3 taun
terakhir, di hari ulang tahun saya, bunga dalah hal yang pasti selalu ada. Saya
hampir hidup berdampingan dengan hal-hal yang menurut standar perempuan,
romantis.
Baik, hal itu membuat
saya tersenyum, lalu berakhir begitu saja. Saya ulangi, begitu saja.
Pemahaman saya tentang romantis
mungkin telah bergeser, karena menurut saya, romantis bukan perihal “cara” tapi
‘kemauan”.
Laki-laki ini, tidak
pernah sekalipun menuliskan saya puisi, tapi berhasil membuat saya kegirangan
merasa dimiliki.
Saya lupa kapan saya
bilang suka minum Yakult, tidak suka makanan yang terlalu manis, dan malas
memakan keripik pedas. Dan ya, ia ingat semua detailnya, yang ia bawa dalam
sekantung pelastik jajanan kesukaan saya, di malam setelah ia pulang kuliah.
Saya yakin, ada banyak
perempuan yang berpikir sejalan, adalah (ternyata) akan tersenyum saat diberi
bunga, diberi keripik kentang akan sangat bahagia. Yang akan mengucapkan “terima kasih” saat diberi puisi,
tapi akan terharu sambil memeluk saat diberi koyo, vitamin, dan es krim saat
jaga malam di rumah sakit.
Romantis adalah tentang
mengingat pasanganmu yang belum makan malam, tentang ia yang menunggu waktu
luang hanya untuk tau apa yang kamu lakukan seharian melalui pesan suara,
tentang kecup di kening saat harus pulang ke rumah masing-masing karena bulan
semakin meninggi.
Selamat ulang tahun,
kamu. Yang selalu meminta maaf karena tidak bisa mengekpresikan cintanya dengan
baik. Kamu tau tidak, di hari saya mengucapkan “iya” untuk menjadi bagian dari
hidupmu, saat itu juga saya merasa digenapkan, merasa lebih dari cukup.
Semoga di usiamu yang
baru, menjadikanmu pribadi yang lebih baik, berkembang, dan lebih bijak dalam
menghadapi masalah. Dilimpahkan banyak kebahagiaan, dijauhkan dari kesedihan.
Aamiin paling keras untuk setiap mimpi-mimpi yang kau semogakan, dan (semoga)
saya bisa tetap di sini, menemanimu mencapainya satu persatu.
Terima kasih telah
menjaga privasi saya dengan tidak menggunggah foto kita berdua di lini masa
yang disertakan lokasinya.
Terima kasih, telah
membiarkan saya tetap memiliki kehidupan sendiri. Sebuah hal sederhana, yang
pada praktiknya, tidak semua pasangan memiliki kesadaran yang sama.
Saya cinta kamu, saat
kamu diam karena cemburu, juga saat sebal menghadapi saya yang terlampau rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar