Jumat, 01 April 2016

Aku baik-baik saja.

Senja yang dingin,dengan matahari yang warnanya kian pudar. Dengan tawa mu yang mungkin saja tak bisa lagi ku dengar.
Tiba-tiba mendung menyelimuti isi kepala,menyisihkan sebagian logika yang masih tersisa. Dan lagi,aku harus meneguk secangkir penuh kecewa dan perih,bersamaan dengan suara tap-tap kaki mu yang kian perih.
Pertemuan adalah gerbang menuju perpisahan,dan hari ini aku melambaikan tangan pada seseorang,yang bahkan sedetik dalam hidup ku tak ingin ku habiskan tanpanya.
"Aku hanya nyaman,kau bebas pergi kapan saja,aku tak akan mengurangi setiap bahagia mu dengan laki-laki selain aku".
Ingin sekali aku menendang tulang kering mu. Seenaknya sekali kau berbicara seperti itu,seolah perasaan ku pada mu biasa saja,seolah setiap senyum mu tak ada apa-apa.
Entah aku yang terlalu berlebihan terhadap sikap mu,atau kau yang sengaja membuat ratusan kuda di dada ku berpacu bersamaan?
Tapi bagaimana mungkin kau bisa menjadi peluk paling menenangkan saat aku kelimpungan,padahal di hati mu tak pernah ada aku di dalamnya?
Bagaimana mungkin aku bisa menjadi rumah bagi lelah mu yang tak sudah-sudah?
Tapi El,sebelum kau menyeret ku ke dalam jurang penyesalan,pernahkah kau berpikir,mengapa kau merasa nyaman pada sesuatu yang bahkan tak pernah kau pikirkan ; mencintainya?



Note : Dear Ana,maaf aku terlalu lancang menulis surat ini untuk El,aku hanya sedang kesal padanya. Tapi ku rasa ada hal yang tak diketahui olehnya tentang mu,tentang hati mu yang pernah lebih remuk dari ini,dan kau merasa baik-baik saja setelahnya. Jadi ini tidak akan berarti apa-apa kan,Na?