Sabtu, 06 Juli 2019

Yang Lupa Ku Syukuri

Aku hanya ingin menulis ini. Entah untuk yang terakhir, atau nanti ada lagi.


Aku tidak pernah bingung, tentang bagaimana kau berpikir. Mengapa kau mengutuk es krim dan cokelat, tapi akan melumat habis yang ada di bibir ku. Mengapa kau selalu menolak makan kepiting, tapi diam-diam menghabiskan kerang saus padang pesanan ku. Dan kau selalu benci menggenggam tangan ku : "emangnya mau nyebrang?", tapi parkiran suatu mall pernah penuh oleh gema tawa mu saat menggendong tubuh ku "berat banget kayak karung beras".
Meski datang tanpa panduan, aku ingin menjadi yang termahir menerjemahkan mu. Dalam nihil cahaya, atau sekuat kuatnya lampu penerangan GBK. Dalam mode super tabah mu, atau sedang buas-buasnya kalau diganggu main game. Dalam wangi atau bau keringat orang sehabis naik motor. Pula dalam keadaan ketika kamu menyerah pada ketidak kuasaan mu menerjemahkan ku satu persatu.
Sebab rumah adalah tempat, dimana kau bisa menjadi diri mu seutuhnya. Walau kita sedang dalam perjalanan yang tak pernah sampai, selalu berhenti setiap terlalu jauh, terus berjalan meski lelah, dan mundur lagi karena terlalu dekat. Ku cinta kau dalam hening lelap tidur mu, hingga bising pinta ku untuk mu tetap menetap lebih lama dari selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar